Saturday, April 9, 2016

Bagaimana Orangtua Dapat Membaca Emosi Bayi?

Ketika seorang bayi yang baru lahir berkembang menjadi lebih besar dan lebih interaktif pada usia 6 bulan, bayi akan makin menguasai cara untuk menunjukkan dia sedang senang atau sedih. Perhatikan wajah anak anda akan berseri-seri dengan senyum yang merekah ketika anda memasuki ruangan menemuinya. Bisa juga dia akan menjerit-jerit jika seseorang mengambil mainan favoritnya. Anak juga cepat berubah-ubah dari menangis menjadi tertawa jika anda memberikan dotnya.

Menurut penelitian yang dilakukan sebelumnya, emosi bayi begitu cepat turun naik karena perkembangan otaknya terutama korteks serebral yang mengontrol respon otomatis, belum berkembang secara aktif dan sempurna. Bila korteks serebral berkembang di tahun-tahun mendatang, anak Anda akan dapat lebih mengontrol perilaku dan suasana hatinya.
Jika tampaknya bayi Anda menghabiskan lebih banyak waktu menangis daripada tertawa, hal itu menandakan bayi anda pada awalnya mengalami tekanan daripada kebahagiaan. Ekspresi wajah menangis dan tertekan terjadi karena suatu alasan yang bertujuan untuk memotivasi orangtua yang mengasuh untuk memperbaiki apabila terjadi sesuatu yang salah.

Pertanyaan berikutnya jika bayi menangis, bagaimana orangtua dapat tahu apakah bayi sedang sakit, lapar, atau hanya bosan? 
Seorang profesor psikiatri, Paul C. Holinger menyatakan jika seorang ibu memiliki sensitifitas terhadap bayinya maka ibu tersebut dapat menangkap berbagai jenis tangisan dan ekspresi wajah. Umumnya alis, mulut, dan vokalisasi semuanya merupakan bagian dari suatu sistem sinyal pada bayi.
Misalnya, bayi dalam fisik yang sakit akan menangis dengan sudut mulutnya menekuk ke bawah dan alis melengkung di tengah. Jika marah, wajah bayi Anda menjadi memerah, alis saling menekuk, mengepalkan rahang, dan mungkin bayi akan mengeluarkan suara mengamuk.

Kebanyakan orangtua merasa jika bayi mudah marah dan takut maka bayi tidak bahagia, tapi Holinger menyatakan banyak orangtua tidak menyadari bahwa kemarahan hanya pelepas stres yang wajar. Misalnya jika ada suara keras atau cahaya terang, anak akan menunjukkan tanda-tanda gangguan. Jika suara atau cahaya tersebut terus meningkat, maka emosi anak berubah menjadi marah.


Bayi belum dapat menggambarkan emosi apakah ia sedang bahagia atau tidak bahagia, akan tetapi emosi yang ada ialah puas atau tidak puas berdasarkan lingkungannya pada saat itu. Jadi bayi mungkin tidak benar-benar merasa bahagia ketika ia terlihat bahagia. Bayi bahkan secara emosional tidak menyadari ketika bayi berteriak. Korteks pusat emosi di otak bayi belum mulai berfungsi sampai bayi berusia 6 sampai 8 bulan. Setelahnya baru bayi mulai merasakan emosi yang tampak begitu jelas di wajahnya.


Bayi Anda mungkin memiliki cara sendiri untuk menunjukkan kepada anda ketika dia tidak puas. Beberapa bayi mungkin menangis, sementara yang lain menjadi manja. Makin anda mengenal temperamen anak, maka anda menjadi lebih baik dalam mempelajari tanda-tanda bila terjadi sesuatu tidak berjalan dengan baik.

Share: