Friday, November 3, 2017

Cara Menangani Anak Atau Remaja Yang Suka Berbohong

Dalam kehidupan bermasyarakat, ajaran yang mendorong anak atau remaja menegakkan prinsip kejujuran dan ketidakjujuran diperoleh dari rumah. Banyak orangtua khawatir ketika anaknya atau remajanya berbohong. Padahal dasarnya tindakan anak atau remaja berbohong berbeda-beda. 


Anak-anak sering mengarang cerita dan menceritakan kisah-kisah yang fantastis. Ini kegiatan yang normal bagi anak karena anak menikmati mendengar cerita dan mengarang cerita untuk bermain. Anak cenderung mengaburkan perbedaan antara realitas dan fantasi. Dalam hal ini anak berimajinasi aktif bukan sengaja berbohong. 
Anak yang lebih tua atau remaja dapat berbohong untuk kepentingan diri sendiri, seperti menyangkal tanggung jawab atau mencoba bebas dari tugas. 
Beberapa remaja menemukan berbohong dapat diterima dalam situasi tertentu seperti tidak mengatakan pada pacarnya alasan putus yang sebenarnya karena tidak ingin menyakiti perasaan pacarnya. 
Remaja lain mungkin berbohong untuk melindungi privasinya
Bisa juga remaja berbohong karena dapat membantunya merasa secara psikologis terpisah dan independen dari orangtuanya

Beberapa anak, yang tahu perbedaan antara kebenaran dan kebohongan, menceritakan kisah-kisah karangan agar mudah dipercaya. Anak-anak atau remaja biasanya bercerita bohong dengan antusias karena mereka menerima banyak perhatian jika kebohongan yang dibesar-besarkan. 
Kadang-kadang anak atau remaja yang tampaknya bertanggung jawab, malah melakukan pola kebohongan berulang-ulang. Mereka sering merasa bahwa berbohong adalah cara termudah untuk menangani tuntutan orangtua, guru dan teman-teman. Anak-anak ini biasanya tidak jahat atau nakal tetapi pola kebohongan berulang-ulang menjadi kebiasaan buruk. Pola kebohongan berulang-ulang harus menjadi perhatian serius.

Cara menangani anak atau remaja yang suka berbohong 
Orangtua adalah contoh utama bagi anak-anak mereka. Ketika anak atau remaja berbohong, orangtua harus berbicara serius dan membahas perbedaan antara mengada-ada dan realitas, serta berbohong dan memberitahukan kebenaran. Orangtua mencoba mencari solusi dengan cara berbicara terus terang dengan anak tentang pentingnya kebenaran, kejujuran dan kepercayaan. 
Sebaiknya buka jalur komunikasi antara orangtua dan anak untuk mencari tahu kenapa anak memutuskan untuk berbohong dan berdiskusi alternatif lain selain berbohong. 
Orangtua juga harus memberi contoh untuk tidak berbohong.  Ketika orangtua tertangkap berbohong, utarakan penyesalan mendalam dan sesali keputusan secara sadar ketika berbohong. Karenanya, konsekuensi dari berbohong harus dibahas dengan anak sejak dini. 
Namun, beberapa bentuk kebohongan yang memprihatinkan, mungkin menunjukkan masalah emosional yang mendasarinya. Jika anda sebagai orangtua masih merasa kewalahan menghadapi anak atau remaja berbohong cobalah berkonsultasi dengan psikolog yang khusus menangani anak atau remaja.

Share: